My little girl |
Siapa ingin punya anak? Mungkin hampir semua orang di dunia
ini ingin mempunyai anak, walaupun mungkin karena alasan tertentu ada sebagian yang
menunda bahkan tidak ingin mempunyai anak. Namun pada dasarnya setiap manusia
secara lahiriah dan bathiniyah dilengkapi dengan insting merawat anak, insting
sebagai ayah atau insting sebagai ibu.
Kelahiran Putri
pertama
Sejak bulan pertama menikah istri saya sudah tidak datang
bulan lagi, setelah kami periksa ke dokter ternyata positif hamil. Antara
senang dan bingung pada awalnya. Senang karena akan menjadi seorang ayah, namun
juga bingung, siapkah kami mempunyai seorang anak? Mengingat belum genap 1 bulan
menikah. Masih banyak yang perlu kami persiapkan, tempat tinggal, biaya dan
lain sebagainya.
Kabar pertama saya sampaikan langsung ke ibu, pertanyaan
pertama yang keluar “ Ha..? Udah berapa bulan? Istrimu hamil duluan ya..?
Hahaha…
Banyak juga beberapa teman yang berpendapat seperti itu.
Tapi ya biarlah, kenyataanya kan tidak seperti itu :D. Menstruasi istri saya
terakhir adalah 2 minggu sebelum menikah, dan setelah menikah tidak menstruasi
lagi.
Memasuki bulan kehamilan ketiga, baru diketahui istri saya
kandungannya lemah, awalnya hanya flek coklat yang keluar. Oleh dokter disuruh “bed
rest” dulu beberapa hari. Setelah fleknya tidak lagi keluar, istri saya
melanjutkan aktifitas seperti biasa. Namun beberapa minggu kemudian terjadi
pendarahan, banyak sekali keluar darah. Antara panik dan bingung saya mencoba
tenang dan segera saya bawa ke rumah sakit, masuk ke UGD. Alhamdulillah, janin
dikandungan masih selamat. Empat hari istri saya nginep di rumah sakit. Oleh dokter diberi obat penguat kandungan dan
vitamin. Sejak itu, istri saya dianjurkan bed rest total, namun karena istri saya
juga bekerja, selepas sekitar 2 minggu kemudian istri saya kembali bekerja.
Saran dari dokter tidak apa-apa masuk kerja lagi, tapi jangan terlalu banyak
gerak, naik-turun tangga, pokoknya segala aktifitas yang perlu gerakan ekstra
harus dikurangi dan harus rajin check up paling tidak 2 minggu sekali.
Memasuki usia kandungan ke delapan bulan akhir, sekitar dua
minggu sebelum perkiraaan kelahiran, istri saya bilang, “kok si dede geraknya
tidak seperti biasa ya, hari ini agak jarang gerak, kalau gerak juga gak
kenceng kayak biasanya”. Akhirnya besoknya sepulang kerja, kami periksa ke
dokter langganan, walaupun belum jadwalnya periksa.
Ketika dokter memeriksa, wajah dokternya juga agak bingung,
dilihat dari monitor, si dede geraknya jarang sekali, tapi denyut jantung masih
normal cenderung agak cepat. Kemudian bu dokter minta diperiksa (entah
istilahnya apa) menggunakan sebuah alat, seperti printer, mengeluarkan laporan
grafik-grafik garis. Ketika keluar hasil pertama, dokternya bilang sepertinya
ini kekurangan air ketuban. Kondisi janin masih sehat tapi detak jantungnya
cepat sekali. Memang beberapa hari belakangan istri saya sering mengeluarkan
cairan, tapi tidak “ngeh” kalau itu air ketuban. Keluarnya juga sedikit-sedikit
seperti merembes.
Kemudian, dokternya mengatakan akan dilakukan cek lagi,
kalau cek kedua ini hasilnya tidak bagus berarti harus ada tindakan malam ini
juga. Akan diusahakan bersalin secara normal, namun masalahnya istri saya sama
sekali tidak merasakan kontraksi, jadi kemungkinan besar di induksi / dirangsang
dulu. Hasil induksi ini waktunya juga tidak bisa dipastikan, bisa cepat bisa
juga sampai besok pagi.
Waduh dalam hati langsung deg-deg an luar biasa. Gak ada
persiapan sama sekali, saya dan istri sama-sama baru pulang kerja. Rumah juga
agak jauh dari Rumah sakit. Ada saudara di Jakarta, tapi jauh semua, ada yang
dekat tapi pasti juga belum pulang kerja atau masih perjalanan pulang kerja.
Sambil menunggu pemeriksaan kedua, saya cepat-cepat pulang
ke rumah ambil baju istri sama perlengkapannya si dede (untung perlengkapannya
si dede udah disiapin sebelumnya).
Ketika masih dirumah, dapat sms dari istri katanya harus
cepat-cepat balik, ditunggu dokternya untuk persetujuan tindakan. Sesampainya
di Rumah sakit, dokternya bilang kalau kondisi si dede agak mengkhawatirkan,
karena kekurangan air ketuban menyebabkan si dede kekurangan oksigen. Detak
jantungnya pada pemeriksaan kedua lebih cepat daripada yang pertama, gerakannya
juga lebih agresif, sambil menunjukkan hasil pemeriksaannya. Dalam pikiran, saya membayangkan orang yang
tenggelam dalam air tidak bisa bernapas atau orang yang dicekik pasti kan
secara alamiah tubuhnya berontak. Saya langsung bilang ke dokternya, “Silahkan
dokter, apa yang terbaik menurut dokter, kalau memang harus dilakukan cesar
silahkan.” Akhirnya dilakukanlah tindakan cesar pada malam itu juga.
Pukul 00.40, Hari Sabtu, 24 September 2011, Alhamdulillah tindakan
cesar berlangsung lancar. Putri pertama kami lahir dengan berat 2.6 Kg, Tinggi
badan 42cm, kondisinya Alhamdulillah sehat, tidak kurang suatu apapun. Kulitnya
putih bersih, matanya bening sekali. Pertama kali melihat, dia mengernyit2kan matanya seperti orang yang heran,
“Dimankah aku..?” J.
Takjub, bangga, senang, bahagia semua bertumpuk jadi satu, rasanya semua
seperti mimpi. Di depan pintu ruangan cesar, saya mendekat ke telinganya dan
mendengarkan adzan yang pertama untuknya…
ALHAMDULILLAH YA ALLAH…
Begitulah sedikit cerita mengenai kelahiran putri pertama
saya.
Siapapun pasti setuju, anak adalah amanah sekaligus anugerah.
Dalam pemikiran saya, ketika kita dianugerahi anak, berarti Tuhan telah
memberikan kepercayaan. Tuhan yang lebih tahu apakah kita siap atau tidak, dan Tuhan
yang lebih tahu apa yang lebih kita butuhkan. Jadi bagi yang belum mendapat
anak hal yang pertama harus diyakini adalah berpikir positif bahwa Tuhan
memiliki rencana dan bersabarlah. Setiap manusia pasti ujiannya berbeda-beda.
No comments:
Post a Comment