Friday, November 1, 2013

Anak adalah Beban

ultah anak
Firdha Ultah ke 2
Bagi yang mengatakan anak adalah beban, itu sangat-sangat BENAR! Punya anak ya memang beban, beban dipikiran, beban di waktu, beban di masalah keuangan. Ketika belum punya anak kita bisa fokus terhadap kebutuhan dan keinginan kita sendiri, fokus terhadap cita-cita pribadi namun setelah punya anak sebagian pikiran akan bercabang, mendahulukan kepentingan sendiri atau kepentingan anak. Demikian juga dengan waktu, sebelum punya anak kita bebas mengatur waktu, mau main ke rumah teman, nonton di bioskop atau jalan-jalan, tetapi setelah punya anak, bersiaplah untuk standby di rumah, menemani istri merawat anak. Masalah keuanganpun demikian, sebelumnya mungkin kita bebas ingin membeli apa saja yang terlintas dipikirian, namun setelah punya anak pasti kita akan berpikir dua kali untuk membeli sesuatu, mau beli mainan sendiri atau mainan anak.. J


Apakah enak hidup seperti ini? Ya jelas tidak enak, pengen ketemu temen sekedar ngobrol aja tidak bisa, pengen nonton film baru sambil jalan-jalan tidak bisa, pengen ganti handphone mikir-mikir, pengen menyalurkan hobi, entah naik gunung, modif motor, mancing susah, gak ada waktu.
Hehehe… setiap orang pasti punya jawaban yang beragam. Namun dibalik dari segala hal yang tidak enak itu, bagi saya beban mempunyai anak itu ternyata sungguh menyenangkan dan hampir saya merasa itu bukan beban, walaupun secara harfiah itu jelas adalah beban. Seiring berjalan waktu, insting saya sebagai ayah mulai menyesuaikan, bukannya saya berusaha belajar bagaimana harus begini atau harus begitu, sama sekali tidak. Tanpa saya sadari semuanya berjalan sendiri, seperti terprogram sendiri. Saya jadi sering di rumah, bercengkrama dengan keluarga. Pagi-pagi main-main dengan anak, memandikan, terkadang menyuapi makan, ajak jalan-jalan.  Segala kebutuhan yang berkaitan dengan anak tanpa berpikir dua kalipun saya selalu berusaha memenuhinya, mulai dari pakaian, susu, makanan bahkan mainan, tanpa sedikitpun terbersit rasa “sayang” mengeluarkan uang. Kesenangan anak sudah menjadi kesenangan bagi saya. Hobinya pun adalah menjadi hobi saya juga. Setiap kali saya belikan mainan, melihat anak tersenyum lebar menjadi kebahagian tersendiri yang tak terkira. Setiap pulang kerja, anak menyambut dengan teriakan manja “Aaayyyaaahhh…” Wah perasaan seperti orang yang paling bahagia di dunia ini.
Itu beberapa cerita tentang moment-moment yang menyenangkan. Bagaimana waktu anak sakit? Rasanya sediiiih sekali kalau anak lagi sakit, rumah serasa sendu, istri merengut, capek, letih, pusing, kurang tidur kumpul jadi satu. Waktu memasuki umur 1 tahun anak saya sepertinya terkena alergi. Alergi gatel. Kalau saya baca-baca sih penyebabnya bisa karena udara dingin atau debu. Setiap malam anak saya nangis, rewel hampir setiap malam. Bawa ke dokter juga pernah, tetapi tidak ada perubahan berarti. Di kamar saya pasang AC, tetapi tetap sama saja. Capek, kurang tidur, membuat emosi kadang-kadang tersulut, akhirnya sering bertengkar dengan istri. Apalagi ketika tindakan istri gak sesuai dengan apa yang saya mau, atau sebaliknya istri juga ngedumel ketika gak cocok dengan keinginan saya. Namun seiring waktu semuanya menjadi biasa. Ketika capek, letih, saya dan istri bisa menyesuaikan sendiri kondisi yang ada. Ya memang terkadang waktu melatih kita menjadi lebih dewasa, lebih terkontrol  dan selalu berpikir yang terbaik buat anak.

Itulah, Anak adalah beban, beban bagi saya ketika lalai merawatnya, lalai mendidiknya, lalai memenuhi kebutuhan dasarnya, gagal menjadi ayah atau ibu yang baik. Saya dan istri insyaallah ikhlas lahir dan batin berbagi cita-cita, berbagi waktu, berbagi rejeki demi amanah yang sungguh berat namun MENYENANGKAN… J

No comments:

Post a Comment