Firdha Ultah ke 2 |
Bagi yang mengatakan anak adalah beban, itu sangat-sangat BENAR!
Punya anak ya memang beban, beban dipikiran, beban di waktu, beban di masalah keuangan.
Ketika belum punya anak kita bisa fokus terhadap kebutuhan dan keinginan kita
sendiri, fokus terhadap cita-cita pribadi namun setelah punya anak sebagian
pikiran akan bercabang, mendahulukan kepentingan sendiri atau kepentingan anak.
Demikian juga dengan waktu, sebelum punya anak kita bebas mengatur waktu, mau
main ke rumah teman, nonton di bioskop atau jalan-jalan, tetapi setelah punya
anak, bersiaplah untuk standby di rumah, menemani istri merawat anak. Masalah
keuanganpun demikian, sebelumnya mungkin kita bebas ingin membeli apa saja yang
terlintas dipikirian, namun setelah punya anak pasti kita akan berpikir dua
kali untuk membeli sesuatu, mau beli mainan sendiri atau mainan anak.. J
Apakah enak hidup seperti ini? Ya jelas tidak enak, pengen
ketemu temen sekedar ngobrol aja tidak bisa, pengen nonton film baru sambil
jalan-jalan tidak bisa, pengen ganti handphone mikir-mikir, pengen menyalurkan
hobi, entah naik gunung, modif motor, mancing susah, gak ada waktu.
Hehehe… setiap orang pasti punya jawaban yang beragam. Namun
dibalik dari segala hal yang tidak enak itu, bagi saya beban mempunyai anak itu
ternyata sungguh menyenangkan dan hampir saya merasa itu bukan beban, walaupun
secara harfiah itu jelas adalah beban. Seiring berjalan waktu, insting saya
sebagai ayah mulai menyesuaikan, bukannya saya berusaha belajar bagaimana harus
begini atau harus begitu, sama sekali tidak. Tanpa saya sadari semuanya
berjalan sendiri, seperti terprogram sendiri. Saya jadi sering di rumah,
bercengkrama dengan keluarga. Pagi-pagi main-main dengan anak, memandikan,
terkadang menyuapi makan, ajak jalan-jalan. Segala kebutuhan yang berkaitan dengan anak
tanpa berpikir dua kalipun saya selalu berusaha memenuhinya, mulai dari
pakaian, susu, makanan bahkan mainan, tanpa sedikitpun terbersit rasa “sayang”
mengeluarkan uang. Kesenangan anak sudah menjadi kesenangan bagi saya. Hobinya
pun adalah menjadi hobi saya juga. Setiap kali saya belikan mainan, melihat
anak tersenyum lebar menjadi kebahagian tersendiri yang tak terkira. Setiap
pulang kerja, anak menyambut dengan teriakan manja “Aaayyyaaahhh…” Wah perasaan
seperti orang yang paling bahagia di dunia ini.
Itu beberapa cerita tentang moment-moment yang menyenangkan.
Bagaimana waktu anak sakit? Rasanya sediiiih sekali kalau anak lagi sakit,
rumah serasa sendu, istri merengut, capek, letih, pusing, kurang tidur kumpul
jadi satu. Waktu memasuki umur 1 tahun anak saya sepertinya terkena alergi.
Alergi gatel. Kalau saya baca-baca sih penyebabnya bisa karena udara dingin
atau debu. Setiap malam anak saya nangis, rewel hampir setiap malam. Bawa ke
dokter juga pernah, tetapi tidak ada perubahan berarti. Di kamar saya pasang
AC, tetapi tetap sama saja. Capek, kurang tidur, membuat emosi kadang-kadang
tersulut, akhirnya sering bertengkar dengan istri. Apalagi ketika tindakan
istri gak sesuai dengan apa yang saya mau, atau sebaliknya istri juga ngedumel
ketika gak cocok dengan keinginan saya. Namun seiring waktu semuanya menjadi
biasa. Ketika capek, letih, saya dan istri bisa menyesuaikan sendiri kondisi
yang ada. Ya memang terkadang waktu melatih kita menjadi lebih dewasa, lebih
terkontrol dan selalu berpikir yang
terbaik buat anak.
Itulah, Anak adalah beban, beban bagi saya ketika lalai
merawatnya, lalai mendidiknya, lalai memenuhi kebutuhan dasarnya, gagal menjadi
ayah atau ibu yang baik. Saya dan istri insyaallah ikhlas lahir dan batin berbagi
cita-cita, berbagi waktu, berbagi rejeki demi amanah yang sungguh berat namun
MENYENANGKAN… J
No comments:
Post a Comment