Saturday, November 2, 2013

Ibnu Battuta “SANG PETUALANG SEJATI”

Bacaan wajib bagi para Backpacker.
Backpacker
Ibnu Battuta
Siapa Ibnu Battuta? Nama Lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad Ibnu Battuta. Ia lahir di sebuah kota kecil bernama Tangier di daerah Gibraltar, Maroko pada tanggal 25 Februari 1304.  Masa kecilnya dipenuhi oleh fantasi-fantasi yang berhubungan dengan petualangan. Salah satu impiannya adalah bertualang mengelilingi dunia. Berkelana dari satu tempat ke tempat lainnnya demi memahami dan menikmati segala keindahan yang diciptakan oleh Tuhan.

Selama petualangannya Ibnu Battuta diperkirakan menempuh perjalanan sejauh 72.000 mil atau sekitar 120.000 KM lebih.
Perjalanannya ditempuh melalui laut dan daratan. Jarak ini diperkirakan melebihi jarak yang telah ditempuh oleh Marcopolo maupun penjelajah dunia lainnya sebelum masa ditemukannya teknologi mesin uap.

Pharos - Ibnu Battuta
Pharos Lighthouse - Alexandria
Perjalanan pertama Ibnu Battuta adalah ke tanah suci Mekkah. Selain untuk berkelana dan berpetualang tujuannya adalah menunaikan ibadah Haji. Pada waktu itu usianya 21 tahun. Bersama para jamaah yang juga berniat ibadah haji, Ibnu battutah memulai perjalanannya dengan menyusuri pantai utara Afrika dengan berjalan kaki. Disepanjang perjalanan menuju Mekkah Ibnu battuta menyempatkan diri mengunjungi daerah-daerah yang memiliki sejarah di masa lampau seperti kota Alexandria. Ia mengagumi bangunan tinggi yang mungkin pertama di dunia yaitu Pharos Lighthouse, dimana ketinggian menara itu adalah 104 meter. Selain itu Ia juga mengunjungi Pyramids of Giza.

Pasca menunaikan ibadah Haji, Ibnu Battuta tinggal di Mekkah selama beberapa waktu untuk belajar agama. Selama tinggal di Mekah, Ia tidak meninggalkan hobi berpetualangnya. Tempat-tempat yang mempunyai nilai historis dan menarik di sekitar Mekkah semua ia kunjungi.

Pada tahun 1326, Ibnu battuta berpetualang untuk kedua kalinya, kali ini yang dikunjungi adalah daerah Irak dan Iran, hampir setahun lamanya Ia melakukan perjalanan tersebut. Setelah puas menjelajah daerah Irak dan Iran, Ibnu Battuta kembali ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji yang kedua. Tak berapa lama, Ibnu Battuta kembali melanjutkan petualangannya lagi, tujuannya yaitu ke sebuah kota bernama Kilwa (sekarang Tanzania). Kemudian Ia kembali lagi ke Kota Mekkah untuk berhaji yang ketiga kalinya.

Petualangannya tidak berhenti sampai disini, Ia melanjutkan pengembaraanya kembali ke daerah Afrika, menyusuri pantai-pantai di Afrika timur, Somalia, Mambasa, Oman, berputar lagi ke benua asia melalui daerah Iran-Irak, kembali ke Mekkah. Dari Mekkah Ia mengembara lagi, kali ini tujuannya adalah Asia Tengah sampai ke Asia Timur. Kali ini ia juga berlayar mengarungi Laut hitam.

Beijing China
Beijing - China
Pada tahun 1346, saat usianya 44 tahun, Ibnu Battuta sampai di Beijing – Cina. Dari sini dia pulang ke tanah kelahirannya, Tangier, Maroko. 4 tahun dihabiskan untuk perjalanan tersebut melalui jalur laut. Tanpa terasa 24 tahun Ibnu Battuta berpetualang berkeliling hampir setengah bumi. Ibnu battuta ternyata tidak tinggal lama di Maroko, ia kembali melanjutkan perjalanan menyeberangi Laut Tengah, melewati spanyol, menerobos gurun Sahara, hingga tiba di Mali, Afrika Barat.

Dalam satu perjalanannya, Ibnu battuta melewati wilayah yang terserang wabah mematikan. The Black Plague, beruntung Ibnu battuta selamat dari wabah tersebut. Namun ketika kembali lagi ke Tangier, Maroko, Ibnu Battuta mendapat kabar bahwa ibunya meninggal terkena wabah The Black Plague. 

Selama beberapa waktu, Ia tinggal di Tangier, bernostalgia dengan kerabat dan sahabatnya. Ia menceritakan pengalamannya berpetualang berkeliling ke daerah-daerah yang sangat jauh selama bertahun-tahun.
Beberapa waktu kemudian, Ibnu Battuta memulai  petualangan selanjutnya ke Spanyol. Tiga tahun menetap di Spanyol, ia berjalan lagi menuju Timbuktu. Timbuktu adalah sebuah kota legenda bagi bangsa Eropa, karena kabarnya tak satupun orang eropa pernah menginjakkan kaki disana. Pada tahun 1354, Ibnu Battuta kembali ke tanah kelahirannya dan menetap di kota Fez. Di kota tersebut ia berteman baik dengan sang Sultan. Atas inisiatif sang Sultan, Ibnu Battuta diminta untuk mengabadikan pengalaman petualangannya dalam sebuah buku. Ibnu Battuta menyanggupinya dan lahirlah buku dengan judul RIHLA, yang berarti “Perjalananku”. Buku ini berisi kisah perjalanan fantastis Ibnu Battuta sepanjang 120.000 km. Oleh penulis Sultan yang bernama Ibnu Jauzi, pengalaman Ibnu Battuta ditulis kembali ke dalam buku yang berjudul “TUHFAH AL-NUZZAR FI GHARA’IB AL-AMSAR WA AJAIB AL-ASFAR” yang berarti “Persembahan Pengamat tentang Kota-Kota Asing dan Perjalanan Menakjubkan”. Dalam bukunya, Ibnu Battuta mendeskripsikan kondisi spiritual, politik dan social dari setiap daerah yang telah dikunjunginya. Ia berhasil merekam wajah peradaban mulai dari Afrika Timur sampai barat, Spanyol, Iran-Irak, Rusia, Turki, India, Afghanistan, Cina dan daerah-daerah lainnya. Anehnya kisah petualangan Ibnu Battuta ini baru diketahui oleh dunia tiga ratus tahun kemudian setelah ditemukan di Aljazair. Diperkirakan, manuskrip petualangan Ibnu Battuta disimpan di Bibliotheque Nationale, Paris.
(Sumber: Biografi Para Ilmuan Muslim)

No comments:

Post a Comment